Daisypath Anniversary tickers

Friday, October 22, 2010

Bertahanlah Wahai Waktu !

Kadang, kita mencintai seseorang begitu rupa sampai tidak menyisakan tempat bagi yang lain. Membuat kita lupa untuk sekedar bertanya, inikah sebenarnya cinta?

Saya suka sekali dengan quotes itu, terlihat sangat nyata aja. Bener deh, kalau dipikir-pikir, perasaan yang membutakan itu selalu merugikan diri-sendiri dan orang lain.
Oke, jadi awalnya saya jadi kepikiran mau nulis ini gara-gara pas kapan hari di tengah-tengah kuliah keluar kelas buat solat Ashar. Terus saya dan sahabat-sahabat edan saya ngegosip dikit abis solat. Salah seorang sahabat yang baru aja 3 bulanan nyeletuk, "Jujur, semakin kesini justru aku makin takut. Soalnya yang namanya waktu selalu menunjukkan hal-hal yang nggak kita duga." Saya mengangguk setuju, ah waktu selalu jadi indikator paling mengerikan. Apa yang terjadi sekarang, yang terlihat sekarang, yang terencana sekarang, bisa saja berubah total. 

Si waktu emang benda absurd yang paling pinter memainkan situasi. Yaah, contohnya aja diburu waktu buat lulus kuliah gitu kan? :p Termasuk berlaku juga dalam sebuah hubungan. Saya dulu mengira kalau hubungan yang sudah lamaaaa banget itu pasti aman-aman saja. Ternyata it's totally wrong. Makin lama, makin banyak goncangan, makin banyak anginnya,makin sering juga ketemu badai. Well, saya sendiri tiba-tiba jadi takut sama yang namanya waktu. Apalagi setelah akhir-akhir ini ada beberapa kejadian yang tidak terduga.

Salah seorang sahabat saya diputusin setelah pacaran selama 5 tahun. Memang sih masalah yang dihadapi cukup berat, tapi perasaan tidak adil itu toh muncul juga. Kemudian baru aja malam ini saya mendengar curhatan seorang sahabat yang hubungannya sudah berjalam selama 4,5 tahun. Terkejut juga saat tahu bahwa hubungan harmonis itu ternyata tidak sebagus kelihatannya. Yeaa, memang kan yang namanya hubungan pasti ada kekurangannya masing-masing. Hanya saja agak amazing saat dia bilang, "Aku udah mencoba bertahan selama dua tahun belakangan ini. Dia hanya mencari aku saat butuh, selebihnya saat aku yang butuh dia malah menghilang. Tapi dengan mudah aku selalu bisa memaklumi dan memaafkan. Begitu terus menerus." Saya kagum melihat kesabarannya. Kalau itu saya, mungkin sudah dari kapan tahun hubungan itu berakhir. Bukannya saya orang yang nggak mau berjuang atau mudah menyerah, hanya saya memang bukan tipikal penyabar. :p *ngaku* 
Kemudian saya bilang ke dia,"Batas waktumu udah abis buat diam dan berharap dia berubah. Kayaknya kalian harus ngomong, entah nanti hasilnya bagus atau jelek." Dia mengiyakan, menurutnya itulah yang akan dilakukannya, setelah dua minggu dia tidak dihubungi sama sekali dalam bentuk apapun dengan alasan sibuk. Dan ini sudah terjadi buat yang kesekian kalinya. Terus saya juga sok-sokan bilang (as usual :p) "Seringkali karena terlalu terbiasa dengan kehadiran seseorang, kita sampai nggak mampu membedakan mana yang bener mana yang salah. Bahkan kita memilih bertahan karena takut dengan kata-kata kehilangan." Dia pun berkomentar,"Iya bener banget. Kalau dipikir-pikir emang kayak gitu kondisinya. Hanya karena terbiasa." Kelanjutannya saya mulai mengajak dia berimajinasi aneh-aneh, memaki dan menertawakan banyak hal. Ah ya, pengalihan pikiran dari hal yang diakuinya menciptakan fase matirasa.

Perasaan takut itu menyergap lagi. Ah, siapa juga kan yang pernah mempersiapkan diri untuk kata-kata bernama perpisahan. Hebat bukan kekuatan waktu itu? Kita akan tunduk saat waktu menunjukkan hal-hal yang membuat kita harus bersikap. Mbulet! Belum lagi yang namanya perasaan itu sangat rentan, mudah dibolak-balikkan, jadi pinter-pinternya yang punya perasaan juga buat mengontrolnya. Anyhow, bersabarlah wahai waktu, bertahanlah wahai waktu, dan berpihaklah. (:
♥(dee)

No comments:

Post a Comment